Abu Nawas sebagai rakyat yang hidup di bawah kekuasaan khalifah, sering menyelipkan kritiknya lewat humor-humor jenaka hingga mesti mengena, akan tetapi khalifah Harun al-Rasyid tak bisa marah dibuatnya. Seperti pada kisah berikut ini;
Alkisah, keramaian dan geliat ekonomi pasar Baghdad tiba-tiba dihebohkan dengan celotehan Abu . “Wahai umat manusia, ketahuilah! Saya, Abu Nawas, adalah orang yang sangat membenci pada yang Haq (kebenaran) dan suka kepada fitnah, dan saya adalah orang yang lebih kaya dibandingkan Allah”, Teriaknya. Tak ayal, teriakannya membuat geger seisi pasar, yang memang penduduk muslim taat.
Omongan Abu Nawas ini sangat aneh karena selama ini dia dikenal sebagai orang yang alim dan bertakwa, meskipun memang suka bersikap jenaka. Walhasil, Iapun ditangkap oleh polisi kerajaan dan dihadapkan kepada khalifah Harun al-Rasyid.
“Hai Abu Nawas, benarkah engkau berkata begitu?” tanya sang khalifah.
“Benar Tuan,” jawabnya kalem.
“Mengapa engkau berkata begitu, sudah kafirkah engkau?” saut khalifah.
“Ah, saya kira khalifah juga seperti saya. Khalifah juga pasti membenci perkara yang haq,” ujarnya dengan serius.
“Gila benar engkau!” bentak khalifah mulai marah.
“Jangan marah dulu wahai khalifah, dengarkan dulu keterangan saya,” kata Abu Nawas meredakan kemarahan khalifah.
“Keterangan apa yang ingin engkau dakwahkan. Sebagai seorang muslim, aku membela dan bukan membenci perkara yang haq, kamu harus tahu itu!” ujar khalifah.
“Tuan, setiap ada orang yang membacakan talqin saya selalu mendengar bahwa mati itu haq dan neraka itu haq. Nah siapakah orangnya yang tak membenci mati dan neraka yang haq itu? Tidakkah khalifah juga membencinya seperti aku?” ujarnya menjelaskan.
“Cerdik pula kau ini,” ujar khalifah setelah mendengarkan penjelasan Abu Nawas.
“Tapi, bagaimana dengan pernyataanmu yang menyukai fitnah?” tanya sang khalifah menyelidik.
“Sebentar, khalifah barangkali lupa bahwa di dalam Alquran disebutkan, bahwa harta benda dan anak-anak kita adalah fitnah. Padahal khalifah juga menyenangi harta dan anak-anak seperti halnya saya. Benar begitu khalifah?”
“Ya, memang begitu, tetapi, mengapa kau mengatakan lebih kaya dibanding Allah yang Mahakaya?” tanya khalifah Harun al-Rasyid.
“Saya lebih kaya dari Allah, karena saya mempunyai anak, sedang Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan.”
“Itu memang benar, tetapi apa maksudmu berkata begitu di tengah pasar sehingga membuat keonaran,” tanya sang khalifah.
“Dengan cara begitu, saya akan ditangkap dan kemudian sihadapkan kepada khalifah seperti sekarang ini,” Jawabnya kalem.
“Apa perlunya kau menghadapku?”
“Agar bisa mendapat hadiah dari khalifah,” jawab Abu Nawas tegas.