Sepak Bola Api Santri PP Thoriqul Huda Kandangan

Permainan sepak bola api merupakan permainan tradisional khas nusantara yang biasanya dimainkan pada malam hari. Permainan ini dilakukan oleh dua tim dengan menggunakan bola api.

Bolanya dibuat dari bongkahan sabuk kelapa tua yang telah kering dengan terlebih dahulu airnya dibuang. Bongkahan tersebut direndam menggunakan minyak tanah agar minyak meresap ke dalam serat-serat bola kelapa tersebut. Selanjutnya bola dibakar.

Aturan dalam permainan ini juga hampir sama dan tidak berbeda jauh dengan permainan sepak bola pada umumnya. Permainan sepak bola api sering dimainkan oleh para santri-santri di pesantren.

Para pemain harus menjalani ritual khusus sebelum memainkannya. Tujuannya agar panas tak terasa, api tak membakar kulit. Maklum saja, bolanya diiringi api yang berkobar-kobar.

Menurut keterangan yang dihimpun dari sejumlah pengasuh santri, ritual tersebut di antaranya puasa selama satu bulan yang bertujuan untuk membersihkan diri, menghindari makanan yang dimasak dengan api, dan membaca bacaan doa khusus.

Permainan ini benar-benar melatih keberanian. Selain itu permainan sepak bola api ini memperkuat kebersamaan, dengan mengutamakan sportivitas juga kekompakan.

“Permainan ini dapat dinikmati oleh para pemain maupun penontonnya, sehingga kerukunan dapat tercipta,” kata Lurah Pondok Pesantren Thoriqul Huda Kandangan, Lailatul Qodri.

Pada kesempatan lain, Kyai Mohamad Najib mengatakan, sepak bola api sering menjadi kegiatan rutin setiap acara Haflah Akhirussanah.

Untuk memainkan bola api, kata dia, para santri harus memiliki ilmu kanuragan. Sebab itu, sebelum pertandingan dimulai, anak-anak akan dibaluri minyak pada kakinya yang sudah dibacakan ‘asma’.

“Kakinya dibaluri minyak ‘asma’ dulu baru main. ‎Jadi sebelumnya minyak tersebut telah dibacakan doa-doa khusus seperti asmaul husna, ismul adhom, dan lainnya. Amalan tersebut dibacakan oleh Pak Kyai sebelum permainan dimulai,” kata Lurah Pondok.

Dengan demikian selama menjalani permainan bola api tidak ada satu santri yang merasakan kepanasan maupun terbakar kakinya.

“Santri perlu keberanian yang luar biasa karena ini yang dimainkan bola api, bukan bola pada umumnya. Dengan ‘asma’ tadi anak-anak pun percaya diri dan kebal api,” kata dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *